Penggunaan
ITIL(Information Technology Infrastructure Library)/ Standar Internasional
Manajemen Pelayanan Teknologi Informasi Pada Perusahaan Telkomsel
1.1. Pengertian
Implementasi
ITIL pada perusahaan umumnya dilakukan dengan cara mengevaluasi seluruh komponen/perangkat
yang berkaitan dengan TI, terutama divisi TI pada perusahaan tersebut. Evaluasi
dilakukan dalam rangka memastikan apakah pengelolaan TI pada perusahaan telah
sesuai dengan ketetapan dan standar yang berlaku yang lebih sering dikenal dengan
istilah audit. Aktivitas audit yang berlangsung pada dasarnya berupa penemuan
ketidakpatutan proses yang ada terhadap standar pengelolaan aktivitas terkait.
Aktivitas audit pada ITIL didasarkan kepada Service Delivery dan Service
Support. Implementasi kedua acuan ini secara menyeluruh merupakan wujud
implementasi framework ITIL pada perusahaan.
Manajemen Layanan TI atau IT Service Management (ITSM)
mengacu pada pelaksanaan dan pengelolaan kualitas layanan TI yang
memenuhi kebutuhan bisnis.Manajemen Layanan TI dilakukan oleh penyedia layanan
TI melalui kombinasi yang tepat dari teknologi, manusia, proses dan informasi. Penyedia layanan
TI tidak bisa lagi hanya berfokus pada teknologi dan organisasi internal
mereka. Mereka sekarang harus mempertimbangkan kualitas layanan yang mereka
berikan dan fokus pada hubungan dengan pelanggan.
Pertimbangan
dan perbaikan pada kualitas layanan yang diberikan dari perusahaan pun akan menguntungkan
karena meningkatkan kesetiaan para pelanggan yang merasa puas dengan layanan yang
diberikan. Dari sisi inilah perusahaan perlu mengubah kebiasaan dan berfokus untuk memberikan
layanan terbaik bagi pelanggannya.
1.2. Studi Kasus
Pada
perusahaan Telkomsel, penggunaan ITIL dalam sistem audit internalnya hanya
melibatkan 3 macam Service, yaitu Service Monitoring and Performance Reporting,
Service Operation dan Service Level Management. Pada 30 Juni 2007, OGC (Office
of Government Commerce) menerbitkan versi ketiga ITIL (ITIL v3) yang intinya
terdiri dari lima bagian dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup
layanan yang disediakan oleh teknologi informasi. Kelima bagian tersebut
adalah:
1. Service Strategy
Memberikan
panduan kepada pengimplementasi ITSM (IT Service Management) pada bagaimana
memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam
memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tapi juga sebagai
sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip -
prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang
beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.
Topik-topik
yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk
menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun
eksternal, aset-aset layanan, konsep portofolio layanan serta strategi
implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle. Proses-proses yang dicakup
dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah: a. Service
Portfolio Management b. Financial Management c. Demand Management.
Bagi
organisasi TI yang baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy
digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan/sasaran serta ekspektasi
nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta untuk mengidentifikasi, memilih
serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan operasional maupun organisasional
di dalam organisasi TI.
2. Service Design
Agar
layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layanan-layanan TI
tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan tujuan bisnis dari
pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat
secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun
implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan
metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI
dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan,
seperti server, storage dan sebagainya.
Ruang
lingkup Service Design tidak hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga
proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinuitas
layanan maupun kinerja dari layanan.
Proses-proses
yang dicakup dalam Service Design yaitu:
a.
Service Catalog Management
b.
Service Level Management
c.
Supplier Management
d.
Capacity Management
e.
Availability Management
f.
IT Service Continuity Management
g.
Information Security Management
3. Service Transition
Menyediakan
panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk
mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang diubah
spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini
memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service
Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara
efektif direalisasikan dalam Service Operation.
Proses-proses
yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
a.
Transition Planning and Support
b.
Change Management
c.
Service Asset & Configuration Management
d.
Release & Deployment Management
e.
Service Validation
f.
Evaluation
g.
Knowledge Management
4. Service Operation
Merupakan
tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan
layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana
mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja
yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini
mencakup bagaimana menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan
perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI.
Proses-proses
yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
a.
Event Management
b.
Incident Management
c.
Problem Management
d.
Request Fulfillment
e.
Access Management
5. Continual Service
Improvement
Memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan
dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan
berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah
Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle.
1.3. Kesimpulan
Setelah
membahas secara teoritis kemudian membandingkan dengan hasil penelitian, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Dengan kedudukan audit internal yang seperti itu maka tingkat
independensinya menjadi tinggi dan dapat menjaga objektivitas dalam menjalankan
fungsi pengawasan yang dilakukan pada seluruh bagian. Internal audit dalam
melaksanakan tugasnya tidak terlibat dalam kegiatan operasiobal perusahaan yang
menjadi objek pemeriksaannya. Dengan demikian, audit internal terlepas dari
pengaruh subjektif dan hasil pemeriksaannya benar-benar objektif.
2. Pemeriksaan yang dilakukan audit internal meliputi seluruh kegiatan
bisnis perusahaan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas aspek operasional
3. Audit internal perusahaan berupaya menjaga agar manajemen tetap
menjalankan tugasnya sesuai dengan sistem, prosedur, dan kebijaksanaan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
4. Segala kecurangan dan penyimpangan dalam aktivitas perusahaan dapat
diminimalisir, karena adanya Grup Internal Audit yang berkala maupun secara
mendadak.
Sumber
: https://en.wikipedia.org/wiki/ITIL