MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN BUDAYA
Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Ilmu Budaya Dasar
Dosen
Pembimbing : Rafiqa Maulida
Disusun Oleh (1KA04) : (NPM)
Daniel Kessie Na
Yoant (11117447)
Fakultas Ilmu
Komputer dan Teknologi Informasi
Jurusan Sistem
Informasi
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkahnya yang melimpah sehingga makalah ini
dapat selesai disusun tanpa ada halangan yang berarti. Makalah mampu disusun
dan selesai dikerjakan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Ilmu Budaya Dasar. Penulis ucapkan bagi pada semua penyedia media riset untuk
menyusun makalah ini.
Penulis ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan di
dalam penulisan makalah ini. Terima kasih atas perhatiannya.
Maret 2018
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan
adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan karena dimana manusia itu hidup dan
menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah
yang di tinggalinya. Sedangkan Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda
dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin
yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primata dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidupSelain
itu manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan
melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan tertentu yang pada akhirnya menjadi budaya
yang biasa mereka lakukan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu
sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia
yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang
diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendudukungnya dan kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia
di dalam kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kita dapat menjelaskan unsur-unsur yang membangun
manusia?
2.
Bagaimana kita dapat menjelaskan dan membedakan hakekat
manusiaw?
3.
Bagaimana kita dapat menjelaskan kepribadian dari bangsa timur?
4.
Apa pengertian dari kebudayaan?
5.
Apa saja unsur-unsur dari kebudayaan itu?
6.
Bagaimana kita dapat menyebutkan 3 wujud kebudayaan berdasarkan
dimensinya?
7.
Bagaimana kita dapat menggunakan 5 masalah pokok kehidupan
manusia?
8.
Bagaimana perubahan kebudayaan itu bisa terjadi berdasarkan
faktor yang mempengaruhi?
9.
Apa saja penyebab terjadinya perubahan budaya
10. Bagaimana kita dapat
menjelaskan kaitan antara manusia dengan kebudayaan?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari karya
ilmiah ini adalah bagaimana mahasiswa dapat memahami berbagai kebudayaan
kenyataan yang diwujudkan oleh kebudayaan dan dapat menjelaskan hubungan antara
manusia dan kebudayaan , mengetahui hakekat manusia, mengetahui semua
unsur-unsur kebudayaan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Manusia
Manusia dan kebudayaan
merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan
ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan
mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari
kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh
Yang Maha Kuasa.
Namun siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di dunia ini memegang peranan
yang unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi. Misalnya, manusia di
pandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk
jaringan-jaringan system (ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk biologis yang
tergolong dalam golongan mamalia (ilmu biologi). Manusia sebagai makhluk social
yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi) dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita sulit untuk menjawab
pertanyaan tentang manusia, oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu manusia
berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya. Ada dua macam pandangan yang akan
menjadi acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
·
Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
1.
Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan
di foto dan menempati ruang dan waktu.
2.
Hayat : mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
3.
Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara
spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat
konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
4.
Nafs : dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan
diri sendiri.( Asy’arie, 1992 hal: 62-84).
·
Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga unsur,
yaitu:
1.
Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan
paling tidak tampak. Id merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait
dengan sex yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran
(unconcius). Id diatur oleh kesenangan yang harus di penuhi,baik secara
langsung melalui pengalaman seksual atau tidak langsung melalui mimpi atau
khayalan.
2.
Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam
menghubungkan kepuasan Id dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh
masyarakat. Ego diatur oleh prinsip realitas dan mulai berkembang pada anak
antara usia satu dan dua tahun.
3.
Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul
kira-kira pada usia lima tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam
derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman
terinternalisasi. (freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
2.2 Hakekat Manusia
Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada
juga yang menyebut hakikat manusia adalah makhluk yang sempurna , ada juga
yang menyebutnya makhluk paling cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat
manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan
karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
1.
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab
atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3.
Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati
6.
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
7.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
8.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu
karena manusia dicipta dengan diberikan akal. Dengan akalnya
manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa, dengan
akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk
lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak
dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara.
Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja
mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
2.3 Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu
karakter yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia
& Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan
yang terdapat di daerah Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya
merupakan kepribadian yang mempunyai sifat teposeliro atau
memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur
umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea,
dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara
Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan
tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian.
Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut
memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya
daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan
terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi
orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun.
Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas
kepribadian yang unik.
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang
masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau
upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa
Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas
dari masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian
khas daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.
2.4 Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta
yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal)
atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai
hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan
unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar
sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal
dan ikhtiar manusia.
Kebudayaan, cultuur (bahasa belanda), culture
(bahasa inggris), tsaqafah (bahasa arab), berasal dari perkataan latin “colere”
yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture
sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dalam disiplin ilmu antropologi budaya,
kebudayaan dan budaya itu diartikan sama (Koentjaraningrat, 1980:195). Namun
dalam IBD dibedakan antara budaya dan kebudayaan, karena IBD berbicara tentang
dunia idea tau nilai, bukan hasil fisiknya. Secara sederhana pengertian
kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut :
1.
Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
2.
Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya
atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem
gagasan dan tindakan.
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti
buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan
hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup
dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Sedangkan Koentjaraningrat. Mengatakan bahwa
kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya
dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
2.5 Unsur-unsur Kebudayaan
Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur dalam
kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system
organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup,
system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Untuk lebih jelas,
masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
1.
Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan produk
manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan
perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain
yang Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu,
manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang
menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan
manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam system religi dan upacara
keagamaan.
2.
Sistem organisasi kemasyarakatan, merupakan produk
dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun,
dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi
kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
3. Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
4.
Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan
produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan
manusia secara umum terus meningkat.
5.
Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi
dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta
dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat
menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya
itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6.
Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa
manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian
disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah
manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu
mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
2.6 Wujud Kebudayaan
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang
juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua
wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri
dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami.
Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja.
Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit
dipahami.
·
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak
dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide-ide dan
gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan member jiwa kepada
masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling
berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau culture system, yang
dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
·
Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu mengenai
tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem social ini bersifat konkrit
sehingga bias diobservasi, difoto dan didokumentir.
·
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh
hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa
benda-benda yang bias diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan
tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang
lainnya.
2.7 Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budayamerupakan
sebuah konsep beruang lingkup luas yang
hidup dalam alam fikiran sebagian besar warga suatu
masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu
satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai
budaya.
Secara fungsional sistem
nilai ini mendorong individu untuk berperilaku
seperti apa yang ditentukan. Mereka
percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu
mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman
yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam
setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn
dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup,
(2) hakekat kerja atau karya manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu,
(4) hakekat hubungan manusia dengan alam
sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan
manusia sesamanya.
·
Masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup
manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha
misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola
kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna
mendapatkan nirwana, dan
mengenyampingkan segala tindakan
yang dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara)
(Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini
sangat mempengaruhi wawasan dan makna
kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang
berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda
ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
·
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang
memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive)
semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga
yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun,
ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini
berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
·
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang
memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus
usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan
yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
·
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia
terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan
manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari
harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap
pola aktivitas masyarakatnya.
·
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak
kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara
bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan
hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan
hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat –
masyarakat eligaterian.
2.8 Perubahan Kebudayaan
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu
keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara
unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak
serasi fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu
dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang
terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya. Gerak kebudayaan
adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan
tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan
manusia lainnya. Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di
dalam masyarakat.
Terjadinya gerak/perubahan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
1.
Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan
sendiri
2.
Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka
hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan
dengan masyarakat dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai
individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk
melalui proses akulturasi. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi
selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diterima
atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya
1.
Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan
kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2.
Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu
kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama dan ajaran ini terjalin erat dalam
keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan
dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama
yang berlaku.
3.
Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses
penerimaan kebudayaan baru.
4.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada
unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan
yang baru tersebut.
5.
Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang
terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat
yang bersangkutan.
2.9 Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang
sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan
yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk
yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan
lain sebagainya.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai
sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan
itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya.
Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang
dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan –
peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia,
setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada
peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri.
Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog
komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian
muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling
bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari
fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan
pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang
lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih
dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut
sebagai aufgehoben.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam
pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi
kesadaran Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel
memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun
antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben.
Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat,
menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang
lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi,
dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang
saling mengucilkan.
3 Tahap Proses Dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga
tahap yaitu :
1.
Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan
dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi
kenyataan buatan manusia
2.
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas
obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan
dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan
mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3.
Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali
oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri
agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang
dibentuk oleh masyarakat.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu
ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Ada dua macam pandangan yang akan menjadi
acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
·
Manusia terdiri dari
unsur yang saling terkait, yaitu:
1.
Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan di
foto dan menempati ruang dan waktu.
2.
Hayat : mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
3.
Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara
spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat
konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
4.
Nafs : dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan
diri sendiri.( Asy’arie, 1992 hal: 62-84).
·
Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga unsur,
yaitu:
1.
Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan
paling tidak tampak. Id merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait
dengan sex yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran
(unconcius). Id diatur oleh kesenangan yang harus di penuhi,baik secara
langsung melalui pengalaman seksual atau tidak langsung melalui mimpi atau
khayalan.
2.
Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam
menghubungkan kepuasan Id dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh
masyarakat. Ego diatur oleh prinsip realitas dan mulai berkembang pada anak
antara usia satu dan dua tahun.
3.
Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul
kira-kira pada usia lima tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam
derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman
terinternalisasi. (freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
Dalam kehidupan manusia mempunyai hakekatnya.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
1.
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab
atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3.
Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati
6.
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
7.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
8.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Dari setiap kebudayaan yang ada manusia
mempunyai kepribadian masing-masing contohnya kepribadian budaya timur.
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat
yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan
ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur. Kepribadian
bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat teposeliro atau
memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur
umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat.
Sedangkan pengertian kebudayaan itu sendiri
berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti
akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk),
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya.
Dalam kebudayaan ada unsur-unsurnya. Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur dalam
kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system
organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup,
system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Selain unsur
kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya.
Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan
bendaniah (material) yang memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa.
Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah
(spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan
rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami.
Kebudayaan juga mengalami perubahan, perubahan
kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak
sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai
keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan kebudayaan
dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan
primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya. Ada
lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah
pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup,
(2) hakekat kerja atau karya manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu,
(4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar,
dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan
manusia sesamanya.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai
sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan
itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya.
Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Dalam kebudayaan juga
ada yang disebut dengan dialektis. Dialektika disini berasal dari dialog
komunikasi sehari-hari. Ada 3 proses dalam dialektis. Proses dialektis ini
tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1.
Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan
dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi
kenyataan buatan manusia
2.
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas
obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan
dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan
mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3.
Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali
oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri
agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang
dibentuk oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gunadarma
http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/pengertian-perubahan-kebudayaan-adalah.html
http://irma-elita.blogspot.com/2013/03/perubahan-kebudayaan.html
http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html
http://jimmyprianto.blogspot.com/2014/01/pengertian-kebudayaan.html
http://hakkajiten.wordpress.com/index/ilmu-budaya-dasar/kepribadian-bangsa-timur/
http://viapurwawisesasiregar.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-hakikat-manusia-dan_17.html
http://nie07independent.wordpress.com/hakikat-manusia/
http://aliseptiansyah.wordpress.com/2013/01/24/manusia-dan-kebudayaan/
http://vanillabluse.blogspot.com/2014/05/makalah-manusia-dan-kebudayaan.html
http://aras-rizki.blogspot.com/2012/03/pengertian-tentang-manusia-dan.html
No comments:
Post a Comment